Pusaka Kerambit dalam Film The Raid 2
REP | 07 April 2014 | 07:23 Dibaca: 473 Komentar: 11 6
DI antara banyak adegan pertarungan yang brutal dalam film The Raid 2: Berandal,
yang paling menegangkan adalah pertarungan klimaks antara dua tokoh
sama-sama menggunakan kerambit, senjata khas orang Minangkabau. Tak
banyak yang tahu kalau senjata ini disebut sebagai senjata pisau paling
mematikan, dan menjadi senjata wajib beberapa pasukan Amerika. What?
***
DUA lelaki itu sama-sama berbaju
hitam. Mereka lalu saling tatap, kemudian mendekat. Keduanya lalu
memasang kuda-kuda sambil menyentuhkan tangan. Tiba-tiba ada suara
gendang ditabuh. Tanpa komando, keduanya lalu saling hantam dengan
berbagai jurus mematikan. Keduanya laksana dua harimau yang saling cakar
lalu sama menggaum.
Dua sosok itu adalah Rama (diperankan Iko Uwais) dan The Assasin (diperankan Cecep). Dalam film The Raid 2: Berandal, keduanya sama-sama bertarung dengan kemampuan seorang master
silat tak terkalahkan. Ketika The Assasin mulai terkena beberapa
pukulan, ia lalu mengeluarkan senjata berupa pisau bengkok yang lalu
dijepit dengan jarinya. Ia mulai menebas. Crash..! Crash..!!!
Adegan pertarungan ini menjadi klimaks dalam film The Raid 2. Ketika
menyaksikan perkelahian ini, aku beberapa kali berdecak kagum dengan
koreografi perkelahian yang amat apik. Ternyata, pencak silat tak hanya
beladiri yang menampilkan kelembutan dan gerak serupa tari. Pada titik
tertentu, silat bisa menjadi sangat mematikan dengan jurus-jurus yang
lebih dahsyat dari beladiri manapun.
Terlepas dari pro kontra atas film ini.
Namun seusai menyaksikannya, aku bergumam bahwa ini film dahsyat.
Bagiku, inilah film dengan koreografi hebat yang lebih dahsyat dari film
kungfu atau film karate manapun. Film ini memang bukan jenis film
dokumenter tentang silat. Banyak yang mengira bahwa film ini serupa
film-film yang dibintangi Barry Prima dan Advent Bangun yang kerap
menampilkan adegan laga dunia persilatan. Ini murni film tentang seorang
polisi yang menyusup ke sarang para gangster demi sebuah investigasi.
Ternyata, ia malah terlibat dalam banyak konflik sehingga memaksanya
bertarung dengan para jagoan yang tak segan menghilangkan nyawa.
Bagi yang tak siap menyaksikan
adegan brutal dan penuh darah, sebaiknya tak menyaksikan film ini.
Demikian pula bagi mereka yang tak suka melihat adegan perkelahian yang
berujung pada kekerasan. Film ini serupa Kill Bill besutan Quentin Tarantino yang menyajikan kekerasan dengan demikian vulgar.
Namun berbeda dengan Kill Bill,
perkelahian dalam film ini dibuat dengan sangat realistis. Duelnya
dibuat sangat matang. Mereka yang menyaksikannya pasti paham bahwa paa
pemain film ini adalah para juara silat yang lama malang melintang di
banyak kejuaraan.
Berbeda dengan film pertamanya, alur
film ini dibuat pelan, lalu klimaks. Banyak scene yang memperkenalkan
para petarung, misalnya The Hammer Girl atau gadis cantik yang bertarung
dengan senjata dua buah palu, lalu The Baseball Bat
Man yakni lelaki yang bersenjatakan tongkat baseball, hingga sosok
paling hebat The Assasin, seorang pendekar petarung. Puncaknya adalah
ketika Iko harus berhadapan dengan semua petarung tersebut.
Senjata Kerambit
Adegan klimaks ketika Rama (Iko
Uwais) melawan The Assasin (Cecep) adalah bagian yang paling kusukai.
Keduanya bertarung dengan gaya yang hampir mirip. Sama-sama cepat dan
bertenaga. Pertarungan itu semakin menegangkan ketika The Assasin
mengeluarkan senjatanya yakni karambit berupa pisau yang melengkung
serupa sabit. Senjata ini dipegang dengan cara memasukkan telunjuk ke
dalam lubang di gagangnya, lalu dijepit. Pegangan jelas akan lebih kokoh
karena susah terlepas.
Setahuku, kerambit adalah senjata khas
Sumatera yang kemudian menyebar ke banyak tempat di Asia Tenggara. Di
Minangkabau, pisau ini disebut kurambiak atau karambiak. Senjata
ini sangat berbahaya sebab bisa menyayat dan merobek anggota tubuh
lawan secara cepat dan tidak terdeteksi. Dalam The Raid 2, pertarungan
Rama dan The Assasin semakin mencekam ketika kerambit dikeluarkan.
Beberapa kali, kerambit merobek tubuh sehingga darah muncrat. Adegan
pertarungan ini adalah adegan yang paling kusukai sebab demikian
mencekam.
Konon, para pesilat Minangkabau
terinspirasi dari cakar harimau sumatera yang digunakan ketika merobek
mangsanya. Sesuai filosofi alam takambang jadi guru, mereka lalu membuat
senjata yang terinspirasi dari cakar harimau itu. Ada pula yang
mengatakan bahwa kerambit terinspirasi dari sabit yang digunakan untuk
mengirik padi. Pernah pula kubaca literatur bahwa orang Malaysia
menyebut kerambit sebagai lawi ayam (chicken spur). Yang pasti, senjata ini lalu tersebar di Laos, Thailand, Kamboja, Filipina, hingga Myanmar.
Dalam buku Exotic Weapon of the Indonesian Archipelago,
yang terbit tahun 2002, Steve Tarani menjelaskan bahwa kerambit juga
terinspirasi dari kisah Mahabharata dan Ramayana. Dalam kisah itu, ada
cerita tentang kuku pancanaka milik Bima, seoang ksatria Pandawa. Ada
pula kisah tentang Kuku Hanuman yang juga serupa kuku Bima yang bisa
merobek lawannya.
Mengapa kerambit sedemikian populer di Asia Tenggara dan dunia? Ernest Emerson dalam Black Belt Magazine
(edisi 25 Maret 2013) menjelaskan bahwa kerambit memiliki efisiensi
serta efektivitas dalam mengalahkan lawan. Ia menyejajarkan kerambit
dengan pedang samurai dan pisau kukri yang dipakai prajurit
Gurkha di Nepal. Katanya, kekuatan kerambit adalah bisa menghadirkan
tiga efek dalam stau pukulan, yakni hantaman tangan, luka robek
karambit, hingga racun yang menyebar melalui karambit.
Emerson benar. Dalam khasanah silat,
kerambit digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain telah
digunakan. Kerambit juga identik dengan macho sebab digunakan dalam
pertarungan jarak pendek yang sangat dipengaruhi oleh kelihaian dan
kemampuan bela diri. Para pesilat harimau di Minang, serta para pesilat
Bugis dikenal lihai dalam memainkan kerambit.
Negeri kita memang menyimpan khasanah budaya yang amat hebat hingga menyebar ke mancanegara. Wikipedia mencatat bahwa sejak tahun 2005. Beberapa perusahaan besar AS
seperti Emerson Knives dan Strider Knives membuat pisau kerambit dalam
jumlah banyak. Anehnya, meskipun kerambit adalah senjata wajib personel US Marshal, tetapi di Indonesia
sendiri kurang begitu populer. Malah, belum pernah ada informasi kalau
prajurit tentara kita melestarikan khasanah tradisi kerambit yang justru
telah lama kondang di luar negeri.